catatan perempuan


CATATAN HATI UNTUK 'CATATAN PEREMPUAN' BERNAMA SERUNI
Oleh; Sofyan RH. Zaid*

Perjuangan melawan lupa; perjuangan yang paling berat, kata Octavia
Paz. Saya pun tak ingat tepatnya kapan mengenal penyair perempuan yang
satu ini. mungkin dari saking lamanya waktu, sampai menghapus
ingatanku. Hanya ada satu hal yang terus kuingat tentang Seruni; Dia
Lahir di kota Bengawan,17 April. suka corat-coret sajak sejak sebuah
even lomba cipta & baca puisi yang kemudian memilihnya jadi pemenang
ketiga. Selain itu, sebuah radio swasta di kotanya sempat memberinya
mandat memandu acara Semerbak Sajak selama sekian bulan. Media cetak
dan elektronik,kerap memuat sajak-sajaknya, juga tergabung dalam buku
antologi bersama; Lilin-lilin Legian, 2004, Ibu, 2009, dan lain-lain.
Saat ini Seruni terus aktif menulis Di sela kesibukanya bekerja dan
merampungkan study-nya di Universitas Terbuka yang pernah
terbengkalai.

Salah satu hal penting yang mesti saya catat kemudian adalah terbitnya
antologi tunggal Seruni, yakni Catatan Perempuan. Apa pun kata
kritikus atau teman-teman penyair lain, saya tak hirau. Intinya Seruni
telah berani melakukan sesuatu yang menjadi impian sejak lama dan
tercapai. Maka saya ucapkan: Selamat...

Membaca sajak-sajak Seruni dalam Catatan Perempuan ini, saya jadi
ingat tanya seorang kawan; penyair di indonesia lebih banyak
laki-laki, kemana perempuannya? Maka sekarang saya baru temuka
jawabannya; Seruni ini salah satunya!

Tanpa maksud menghakimi atau pun menilai; jujur saya menyukai
sajak-sajaknya yang sederhana tetapi sangat kuat emosi yang terkandung
di dalamnya. Artinya seruni, tak berjuang mati-matian memperelok kata
dalam menulis sajak yang kemudian hampa makna dan emosi, melainkan dia
benar-benar mencoba semaksimal mungkin mencari kata yang tepat untuk
mewakili apa yang mau dituliskan jadi puisi. nah, Seruni sangat
berhasil dalam ini. Meski kemudian sajak-sajaknya nyaris tanpa gaya
bahasa. Atau dengan kata lain, sajak Seruni bagai perempuan cantik
tanpa kosmetik. Dia tengah tidak berbohong dalam menyajak.

Coba kita simak misalnya sajak Em Pe;
...
: ditubuhmu
tubuhku
hingga tak lagi
ada penghalang,
mengecup ranum cuaca
dikedalaman gelap,
surga untuk kita
...

atau juga sajak Seperti Cecak, pada bait terakhir;

aku dan bulan
saling menikam
saling
bergantungan

kemudian pada sajak Hang Out;

menasbih kehangatan
pada kebebasan fana
episode waktu yang menganga
... dan kita hanya pengembara

Dari semua sajak yang saya kutip di atas, jelas Seruni penuh
kejujuran dalam menuliskan sajaknya, tetapi rasanya sangat sedap. Bila
Seruni mampu mempertahankan karakternya ini, maka Seruni mewarisi
persajakan ala Indonesia, bukan barat yang terkesan hanya pada
permainan kata dan keelokan bahasa saja.

Dan sampai catatan ini berakhir, saya pun tetap lupa; kapan tepatnya
kenal Seruni, meski sajak-sajaknya semakin akrab dengan saya.
Salam...

Jakarta, 07 Maret 2011

* Adalah Penyair, kini mengasuh Paramadina Poetry Club, Jakarta

Judul: Catatan Perempuan
Penulis: Seruni
Penerbit : Arias
silakan pesan via sms ke 081914032201
tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan

0 komentar:

Posting Komentar