catatan perempuan


CATATAN HATI UNTUK 'CATATAN PEREMPUAN' BERNAMA SERUNI
Oleh; Sofyan RH. Zaid*

Perjuangan melawan lupa; perjuangan yang paling berat, kata Octavia
Paz. Saya pun tak ingat tepatnya kapan mengenal penyair perempuan yang
satu ini. mungkin dari saking lamanya waktu, sampai menghapus
ingatanku. Hanya ada satu hal yang terus kuingat tentang Seruni; Dia
Lahir di kota Bengawan,17 April. suka corat-coret sajak sejak sebuah
even lomba cipta & baca puisi yang kemudian memilihnya jadi pemenang
ketiga. Selain itu, sebuah radio swasta di kotanya sempat memberinya
mandat memandu acara Semerbak Sajak selama sekian bulan. Media cetak
dan elektronik,kerap memuat sajak-sajaknya, juga tergabung dalam buku
antologi bersama; Lilin-lilin Legian, 2004, Ibu, 2009, dan lain-lain.
Saat ini Seruni terus aktif menulis Di sela kesibukanya bekerja dan
merampungkan study-nya di Universitas Terbuka yang pernah
terbengkalai.

Salah satu hal penting yang mesti saya catat kemudian adalah terbitnya
antologi tunggal Seruni, yakni Catatan Perempuan. Apa pun kata
kritikus atau teman-teman penyair lain, saya tak hirau. Intinya Seruni
telah berani melakukan sesuatu yang menjadi impian sejak lama dan
tercapai. Maka saya ucapkan: Selamat...

Membaca sajak-sajak Seruni dalam Catatan Perempuan ini, saya jadi
ingat tanya seorang kawan; penyair di indonesia lebih banyak
laki-laki, kemana perempuannya? Maka sekarang saya baru temuka
jawabannya; Seruni ini salah satunya!

Tanpa maksud menghakimi atau pun menilai; jujur saya menyukai
sajak-sajaknya yang sederhana tetapi sangat kuat emosi yang terkandung
di dalamnya. Artinya seruni, tak berjuang mati-matian memperelok kata
dalam menulis sajak yang kemudian hampa makna dan emosi, melainkan dia
benar-benar mencoba semaksimal mungkin mencari kata yang tepat untuk
mewakili apa yang mau dituliskan jadi puisi. nah, Seruni sangat
berhasil dalam ini. Meski kemudian sajak-sajaknya nyaris tanpa gaya
bahasa. Atau dengan kata lain, sajak Seruni bagai perempuan cantik
tanpa kosmetik. Dia tengah tidak berbohong dalam menyajak.

Coba kita simak misalnya sajak Em Pe;
...
: ditubuhmu
tubuhku
hingga tak lagi
ada penghalang,
mengecup ranum cuaca
dikedalaman gelap,
surga untuk kita
...

atau juga sajak Seperti Cecak, pada bait terakhir;

aku dan bulan
saling menikam
saling
bergantungan

kemudian pada sajak Hang Out;

menasbih kehangatan
pada kebebasan fana
episode waktu yang menganga
... dan kita hanya pengembara

Dari semua sajak yang saya kutip di atas, jelas Seruni penuh
kejujuran dalam menuliskan sajaknya, tetapi rasanya sangat sedap. Bila
Seruni mampu mempertahankan karakternya ini, maka Seruni mewarisi
persajakan ala Indonesia, bukan barat yang terkesan hanya pada
permainan kata dan keelokan bahasa saja.

Dan sampai catatan ini berakhir, saya pun tetap lupa; kapan tepatnya
kenal Seruni, meski sajak-sajaknya semakin akrab dengan saya.
Salam...

Jakarta, 07 Maret 2011

* Adalah Penyair, kini mengasuh Paramadina Poetry Club, Jakarta

Judul: Catatan Perempuan
Penulis: Seruni
Penerbit : Arias
silakan pesan via sms ke 081914032201
tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan

Denting Nada Cinta



Denting Nada Cinta
(kumpulan cerpen)
penulis: Awy A Qolawun
Penerbit : Arias

Sepuing Kenangan …
Mungkin, semua cerpen dalam kumcer ini akan menjadi kenangan abadi bagiku, insya Alloh.
Sebelum menulis kata pengantar ini, sebenarnya sudah kutulis dua kali sebuah kata pengantar yang sekira cocok jadi pembuka kumcer ini.
Tapi, kedua prakata itu harus aku sisihkan, setelah tanpa kuduga - dan semuanya – aku harus melewati (serta menyaksikan) sebuah hari yang benar-benar tidak akan terlupa, hari yang – sampai saat ini – aku masih menganggapnya mimpi, hari saat kaki serasa tidak berpijak di bumi, hari yang memporak-porandakan semua prediksi yang sempat tersusun di benakku. Mungkin, aku tidak akan pernah percaya, jikalau tidak semua ini memang sudah qodlo-qodar dari Yang Punya Kehidupan.
Ya … hari itu, 15 Romadlon 1425 atau 29 Oktober 2004, Jum'at, tepat di fajar hari, saat … beliau … Sang Guru … pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan setumpuk kenangan yang tersisa, diiringi oleh bajir banding airmata. Tepat di setengah tahun, lebih setengah bulan, lebih setengah hariku di Makkah al-Mukarromah, rohimallohu 'alaika rohmatan waas'iah ya Abuya, wa askanakallohu fasiiha jannatihi, amiiin.
Dan kumcer ini, adalah satu di antara dua karya yang sempat kugoreskan di saat hayat beliau, saat Alloh memberiku kesempatan manis nan indah bisa khidmah pada beliau (walau sejenak), saat aku setiap Shubuh duduk seraya memegang kaki beliau sembari memijatinya, sebelum akhirnya beliau intiqool ila rofiq a'la (menuju ke Hadirat-Nya).
Aku berharap kumcer ini berkah, disamping penulisannya semua di tanah suci.
Akhir catatan, aku berharap tulisan tak berfaedah ini dijadikan oleh Alloh berfaedah, tentu juga dengan memohon ampunan di sana.
Lalu … Bismillah dahulu dan …
Al-Fatihah … untuk Sang Guru Besar, yang dunia Islam semua meratapi kepergiannya dan benar-benar kehilangan sosok agung berwibawa dirinya.

Awy' A. Qolawun


1. Senandung Melodi Cinta
2. Sepuing Kenangan
3. Daftar Isi
4. Hama'a
5. Semoga engkau kembali sahabatku
6. Denting Nada Cinta
7. Merindu Kasih
8. Menumpang kisah
9. Seremoni pemanusiaan
10. Cerita Malam
11. Seroja Ain Jalut
12. Angin Cinta Kota Makkah


Silakan pesan via sms 081914032201
tulis nama/alamat/judul buku yang dipesan

Mediasi Prilaku


Rekah Merekah Sedekah


kudengar rintih membisik usik
jeritan batin para pencari hati
bagaimanakah teriakan ini kuterjemahkan?
hingga terurai lengkap ungkap imajinasi kata-kata memelas

kau merintih pada batas persimpangan
antara lapar dan kenyang
antara dahaga dan lega
antara kuat dan lemah
antara mimpi dan harapan
dukamu mengetuk
jiwa-jiwa bergema menelusuri kuasa
diri atas yang maha
dan akhirnya, kutemukan hawa

kubergolak membungkam rasa
lalu kuketuk kekakuan rasa
biar lentur memahami suasana
atas “rekah” yang mengharap “berkah”

terima kasih sobat…………..karena bisikmu tlah mengetuk kebungkaman dan keberpalinganku atas kuasa-nya….


Judul : Mediasi Prilaku
Kumpulan Puisi
Penulis: Amin Mulyanto
Penerbit: Arias
60 hlmn
Rp 24rb

Rampai Media Massa


Media massa atau disebut pula pers, baik cetak maupun elektronik menarik untuk diamati. Sebab, media itu mempunyai filosofi, tujuan, sikap, dan orientasi nilai sehingga dapat hidup dan berperan dalam masyarakat. Pada era multimedia kini, media mengalami transformasi fundamental seiring dengan adanya teknologi baru internet. Media massa pun membentuk media online sebagai saluran lain untuk menyiarkan berita, opini dan berinteraksi dengan khalayak pembaca dan pemirsanya. Begitu pula bermunculan media alternatif menggunakan internet sebagai salurannya. Contohnya, hadirnya laman-laman (website/situs) berita di dunia maya.
Sekarang nampaknya orang begitu mudah mencari, mengolah, dan memublikasikan informasi dan opini terutama melalui dunia cyber. Sehingga muncul istilah jurnalisme warga (citizen journalism). Dalam aktivitasnya media massa memakai bahasa (tulisan) untuk memublikasikan informasi dan pandangan (opini). Bahasa yang digunakan media memiliki ciri khas yang disebut bahasa laras jurnalistik. Media massa pun terutama koran sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Karena media dan bahasa menyangkut manusia, maka keduanya berkaitan erat dengan kebudayaan. Media yang manjalankan fungsinya dengan baik, menggunakan bahasa secara baik dapat menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan (budaya) yang baik pula dalam masyarakat.
Buku rampai media massa ini merupakan sekumpulan esai yang dimuat di media lokal, daerah, dan nasional (sepanjang tahun 2002- 2010). Esai-esai itu merupakan amatan terhadap sudut-sudut yang mungkin terlupakan, masalah, dan fenomena yang berkaitan dengan kehidupan media. Topik khususnya disesuaikan dengan tren esai di media yang lebih mengedepankan aktualitas persoalan. Di buku ini pun dihimpun tulisan mengenai budaya literasi (menulis) yang erat kaitannya dengan media. Seperti diketahui media massa kita juga menerima esai-esai dari penulis luar untuk dipublikasikan di saluran-saluran informasi mereka yakni media massa cetak.

Rumah Bernomor Nol



Anak Cinta dengan Seribu Luka

Rumah kebersamaan sempat kita tinggali sesaat
Setelah itu, aku pergi sendirian ke pengasingan
Sebab, kebersamaan pun tak bisa sembuhkan
luka masing-masing
Saat itu, kau masih mungil untuk menggambar
jawaban tentang pertemuan dan perpisahan

Waktu berlari menyisakan luka bagimu
Serupa pisau mengerat bambu
dalam ruas-ruas ingatan yang sulit terbaca
hanya jejak-jejak seribu luka yang ada
Ingin kubalut lukamu dengan perban kerinduan
berplesterkan kasih sayang. Tidak di rumahmu
cukup dalam kamar hatiku. Tidak sekarang
mungkin saja nanti

Judul: Rumah Bernomor Nol
Penulis: Ari Hidayat
Penerbit: Arias

Silakan pesan via sms 081914032201 atau email hasfriends57@gmail.com
Tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan

tirakat padam api




AKULAH SENANDUNG

akulah sang kidung
dalam sunyi tak bertepi

diantara ilalang dibukit gersang
berteman kunang kunang dan belalang

aku lah pencinta aksara
nyaris di tiap hela jiwa

akulah senandung yang redup
kidungku seperti pelita diujung katup

akulah kesunyian dalam ruas jiwa
kesunyian dalam bingkai seroja jingga


Tirakat Padam Api
Kumpulan Puisi
penulis: Emi Suyanti
penerbit: Arias
86 hlmn
Rp 26rb
silakan pesan via sms 081914032201

Senandung Rindu Kamar Pengap



Senandung Rindu Kamar Pengap
kumpulan puisi
penulis :ALAM
penerbit: Arias
164 hlmn
Rp. 35rb
silakan pesan via sms ke 081914032201.

Mau Dapat Buku Gratis??

Mau Dapat Buku Gratis??

Kunjungi http://ariasbooks.blogspot.com/
untuk mengetahui buku-buku Arias.
Silakan upload gambar cover buku ARIAS yang paling diminati berikut keterangan tentang buku tersebut di akun fb masing2.

tagg teman-teman sebanyak mungkin,

page arias

http://www.facebook.com/pages/Arias/108238375919046

arias

http://www.facebook.com/profile.php?id=100002178741010

hasfriends

http://www.facebook.com/pages/Hasfriends/116792125026254



kirim link note/photo di akun fb kalian tersebut ke hasfriends57@gmail.com.

deadline 30 April 2011



Terimakasih.

sampai penghabisan


Dengan bahasa yang mengalir namun lugas, Dhe bisa menghentak hati pembaca melalui alur singkat kisahannya dengan mampu "menghidupkan" tokoh~tokohnya. Cerpen~cerpen yang "bernyawa", sarat edukasi, dan menghibur. Realitas kehidupan kaum marginal digambarkan disini membuat karya ini merakyat namun istimewa." (Wahyu Sujani, penulis nove...l dwilogi Ketika Tuhan Jatuh Cinta, Bidadari Berkalam Ilahi, dan beberapa novel religi terkini lainnya).

Terharu membaca dari awal sampai akhir, sebagai sebuah karya yang merupakan penghargaan tak terhingga bagi perjuangan keras, tulus kasih dari orang tua. Cerpen ini bisa menggugah anak bangsa yang kian hari jauh dari etika terhadap orang tua. Selamat, dan sukses semoga karya lain akan segera terwujud. (HILMAN FIRMANSYAH, (Kepala UPT Perpustakaan UNPAS, Ketua I Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Barat, Sekretaris Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia Jawa Barat)

SAMPAI PENGHABISAN-KUMPULAN CERPEN
ISBN 978-602-9160-02-4
Penerbit: Arias
Penulis : Shinzy Dee

kado dari rantau



DARI BALIK HUJAN
Dari balik hujan kutatap kepergianmu yang jauh
sementara bias kilat dari langit mencoba mengabadikan
kelebat dari setiap langkah

...binatang malampun enggan berkikik
memilih diam dalam hangatnya sarang
bersama pasangan
begitupun aku yang diam. Beku
bagai berselimut salju kelu
tak mampu lagi kucegah kepergianmu
aku memilih diam
ya...diam
dibalik hati yang kian mengkaram

benih yang terlanjur kusemai kini mulai mengering
karna tak ada seorang yang mampu merawatnya
sepertimu
benih yang tumbuh hanya mampu
menjadi kecambah angan. Kosong

duhai...
siapakah gerangan yang akan hadir kembali
menyirami benih dalam hati
hingga kelak putik bersemi

sementara aku tetap mematung
menatap kepergianmu dari balik hujan



Kado Dari Rantau
Kumpulan Puisi
Muchlis Darma Putra
silakan pesan via sms ke 081914032201
tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan

catatan perjalanan


Yang bisa datang tiba-tiba, yang bisa lebih cepat dari kedipan mata dan hembusan nafas.
Masihkah kita harus "diancam" dengan itu semua, hingga kita ingat pada kematian.

Padahal orang cerdaslah yang paling banyak mengingat kematian, yang paling banyak mempersiapkan bekal akhiratnya, yang paling menjaga dirinya dari maksiat, karena khawatir malaikat maut menjemputnya ketika dia bermaksiat.

Hingga tiada setitikpun kekhawatiran bagi mereka yang mengingat kematian,
saat tuanya,
saat sakitnya,
saat bencana.
Dia telah mempersiapkan dirinya berpulang dengan senyuman.
Mencegah Lebih Baik daripada Menyesal

Ketika lisan telah dibungkam,
penyesalan pun tidak dapat diungkapkan,
teringat dahulu lisan menghambur-hamburkan kata yang tidak semestinya.

Ketika mata telah membuta,
tidak sedikitpun keindahan memandang dapat dinikmati,
teringat dahulu mata sering memandang yang tak sepatutnya dipandang.

Ingatlah kesejukan dalam mendengar ayat-ayat kebesaranNya dan ajakan kebaikan,
sebelum pendengaran ini diganti dengan kesunyian.

Ketika tangan dapat lagi bergerak dan kaki tak dapat melangkah,
tinggal-lah penyesalan
teringat dahulu tangan menggapai yang salah dan kaki melangkah tanpa arah.

Kini...
Ketika jasad telah membeku dan ruh tiada bersatu,tinggal-lah penyesalan.
Teringat dahulu diri jarang mengingat mati...

Judul: Catatan Perjalanan
Penulis: Bagas Triyatmojo
Penerbit: Arias
Rp 40rb.

silakan pesan ke inbox hasfapublisher, tulis nama/alamat/jdl buku yg dipesan. atau sms 081914032201

Kubawa Cinta Dari Samosir


Kubawa Cinta Dari Samosir

November lalu…
Bulan itu tlah menjauh pergi,
Semenjak kutatap kau terakhir kali di bandara Pollonia
Tak banyak kata, tapi sorot matamu mengatakan segalanya
Tentang harapan-harapan kita yang buram.

Pesawatku terbang ke Kota Kembang.
Membingkis satu kotak hati bernama cinta.
Inilah oleh-oleh terindahku dari pulau Samosir.
Kamu.

Perjumpaan kita di buritan kapal saat berlayar mengitari danau Toba,


hanya seminggu.
Dan kukenal kamu hanya sehari
Namun dengan cepatnya zat-zat cinta itu
bereaksi di tepian hatiku yang kering.
Oh, tapi semenjak adamu, hatiku basah.
Tak terlintas untuk menyentuh selain hatimu.
Sekalipun keraguan kerap mewarnai kisah kita yang terpisahkan pulau

Kekasih, mungkin ku tak bisa mengawasimu setiap saat
Aku tak kan pernah tahu lakumu sebenarnya,
Tapi aku sudah menitipkanmu pada malaikat untuk selalu menjagamu
“Agar kau selalu baik-baik saja”

Tapi, di kotak hatiku, kecemasan sungguh merajai
Oleh sebab beberapa hari tak ada kabar lagi tentangmu.
Apakah cinta kita mengalami erosi?
Apakah cintamu hanya bertahan beberapa waktu saja?

Aku limbung dengan hilangnya perhatianmu.
Dering hapeku tak lagi memunculkan smsmu
Teleponku tak ada jawaban darimu.
Apa yang terjadi padamu, dan pada cinta kita?
Berilah aku kepastian dalam gemuruhnya gulana ini.

Kekasih, adakah yang salah dengan jarak cinta kita?
Sebab aku tak mampu mengikis “pikiran kotor” tentangmu
Jika kau raib tanpa kata
Sendiri, aku hanya mampu meraba mimpi yang samar
Masih ada aku di hatimu, hanya satu harapku

Terbit di Hasfa Arias
Kumpulan Puisi
Kubawa Cinta dari Samosir
Rp. 38rb

silakan pesan ke inbox hasfapublisher atau sms 081914032201
Tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan

perauh kelebu


PENGAYUH PERAUH

Alex Brawijaya, berasal dari Desa Teluk Kijing tahun 1992, Kecamatan Lais,
Musi Banyuasin. Puisinya pernah dimuat di media lokal Sumsel.

...Andri Saputra, kelahiran di Sekayu pada 22 Januari 1993. Ia yang hobi membaca ini, masih tercatat sebagai peserta didik di sebuah SMA terbaik kyang ada di Musi Banyuasin.

Ansori Fajrin, kelahiran Desa Lumpatan 1990. Pernah memenangkan perlombaan menulis puisi yang diadakan oleh FLP Muba dan dimuat di Kakilangit Majalah Sastra Horison. Sekarang tercatat sebagai mahasiswa Politeknik Sekayu.

Eko Putra, kelahiran di Kertajaya, Kecamatan Sungai Keruh 19 Juni 1990. Karya dan kiprahnya dalam dunia kepenulisan tanah air sudah tidak diragukan lagi kualitas dan kuantitasnya.

Fahmiansyah, Kelahiran Sekayu 05 Juli 1993, saat ini masih tercatat sebagai peserta didik di sebuah sekolah terbaik yang ada di Musi Banyuasin.

Firmansyah, Lahir di Pasar Darat Sekayu 12 Desember 1991. Puisinya pernah dimuat di Kakilangit Majalah Sastra Horison. Sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang.

Herdony Syafriansyah, lahir di Kayuara 1991. Tercatat sebagai Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rahmaniyah Sekayu.

Lia Anggraeni, lahir di Sekayu, 09 Oktober 1993, Sekarang Masih tercatat sebagai salah satu siswi di SMA terbaik yang ada di Musi Banyuasin.

Mutiah Ayu Rasta, kelahiran 19 Mei 1994 di Palembang. Puisinya pernah dimuat di sejumlah media cetak tanah air. Sekarang masih tercatat sebagai peserta didik di sebuah SMA terbaik yang ada di Musi Banyuasin.

Redhi Azzuari, Lahir di Sekayu 26 Januari 1995. Sekarang masih belajar di SMA terbaik yang ada di Musi Banyuasin.

Reni Oktari, gadis berjilbab ini kelahiran tahun 1991 berasal dari Desa Sukarami Kecamatan Sekayu. Puisinya pernah dimuat di Kakilangit Majalah Sastra Horison,
dan sekarang tercatat sebagai Mahasiswi di Universitas Paramadina.

Sandi Rahmadian, anak kampung VII Sekayu ini lahir pada tahun 1991. Puisinya pernah dimuat di Kakilangit Majalah Sastra Horison, dan sekarang ia sedang kuliah di Universitas Sriwijaya.

Yoyong Amilin, sama dengan Eko Putra, terlahir di bantaran Sungai Sake tepatnya di Desa Rantau Sialang Kecamatan Sungai Keruh. Puisinya telah dimuat di sejumlah media cetak dan cyber di tanah air, buku kumpulan puisi tunggalnya adalah
Ornamen Kesunyian (Bisnis2030, 2010).


Terbit d Hasfa Arias
Perauh Kelebu (Antologi Puisi)
Silakan tulis nama/alamat/jmlh/judul buku yg dipesan. Kirim ke inbox hasfapublisher.

cinta pedas


Kumpulan Cerita Kisah Nyata Cinta.
Poniman cowok Jakarta yang di drop out dari kampusnya dan hijrah ke Malang menemukan sosok sahabat yang baik. Darinya, ia mengenal Yayuk, sang idaman hati. Namun kenapa Poniman terlihat nelangsa kini?

Batu-Semarang. Cerita cinta yang penuh pertengkaran namun sampai saat ini cerita itu masih bertahan. Lalu kenapa Pepe-Tari harus berhenti?
Ada apa pula dengan kisah cinta Ria -gadis gunung- yang juga kandas dan harus lari ke Malang untuk bekerja?

Judul: Cinta Pedas
Penulis: Eric Kroncong
Penerbit: Arias
ISBN 978-602-9160-04-8
Rp 25rb
Silakan pesan sms 081914032201. Tulis nama/alamat/judul buku yg dipesan.

Negeri Keranda (Kumcer)


Mengenal Penulis Buku Kumcer Negeri Keranda
Nun Urnoto El-Banbary, lahir di Sumenep, tepatnya di pulau terapung. Sebuah pulau kecil yang terpencil bernama Giliraja, Kecamatan Giligenting, pada tanggal 14 Juni 1980.
Pendidikan terakhir adalah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidkan (STKIP) PGRI Sumenep, Jurusan Bahasa dan Sastra Inonesia, pada 2007. Tulisan-tulisannya baik Non Fiksi maupun Fiksi pernah dipublikasikan di Harian Radar Madura (Jawa Pos Group), Buletin Info, Buletin Dinamik, dan Buletin Nirmala, antara lain Non Fiksi: Otokritik Pendidikan dan Peradaban Pesantren, Halal Bihalal, Evolusi Pemahaman Keagamaan, Kedewasaan Beragama, Meluruskan Tafsir Keagamaan, Sastra yang Indah:Sastra Kemanusiaan, Kebangkitan Peradaban Madura, dan Kearifan Lokal. Fiksi: Surat Cinta Buat Salama Tiana, Wanita Dongeng, Negeri Keranda, Terkekang, Pemulung, dan Abdul Rakyat.
Penulis pernah nyantri di PP. Nurul Islam Karangcempaka selama 13 tahun sambil menyelesaikan kuliah. Penulis yang pernah jatuh “cinta” dengan Helvi Tiana Rosa ini pernah menjadi Pimred Buletin Dinamik dan Pembina Buletin Nirmala. Selain itu aktif di Forum Kajian Santri Giliraja yang pernah didirikannya. Saat ini sebagai ketua cabang FLP Sumenep 2008-2009 dan tengah membangun mimpinya menyatukan penulis di Sumenep ke dalam Forum Lingkar Pena. Obsesi Besarnya adalah mengalahkan J.K. Rowling. Kritik bisa dialamatkan ke facebook: Nun Urnoto Elbanbary atau via email: urnotoelbanbary@yahoo.co.id
Untung Wahyudi lahir di Sumenep dua puluh enam tahun yang lalu. Alumnus Pon Pes Mathlabul Ulum Jambu, Sumenep ini menggeluti dunia tulis menulis sejak masuk pesantren. Hobi membaca telah menyeret dan "memaksa"-nya untuk terus menulis, terutama karya fiksi. Beberapa karyanya baik fiksi maupun non fiksi dimuat antara lain di majalah Fadilah, Permata, Annida, Saksi dan Radar Madura (Jawa Pos Group). Salah satu cerpennya, Sahabat Sejati masuk dalam Antologi Sastra Pesantren Kopiah dan Kun Fayakuun (GitaNagari, 2003). Cerpennya Lingkaran Setan menjadi juara Harapan Pertama Lomba Menulis Cerpen Islami se-Jawa Timur yang diadakan FLP Jember (2006).
Penulis yang menyukai karya-karya Helvy Tiana Rosa ini pernah bergabung dengan majalah Sastra Pesantren Fadilah, Yogyakarta sebagai reporter (Juni-Desember 2003), Sekretaris ISMU (Organisasi santri, 2001-2002), Pimred buletin Al-Itqan (2001), Pimred Majalah El-Fikr (2004), dan sekarang menjabat sebagai ketua Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting Mathlabul Ulum, Sumenep periode 2006-2008 disela-sela kesibukannya sebagai staf pengajar di almamaternya. Kritik dan saran demi perbaikan bisa dilayangkan melalui : wahyudi_untung@yahoo.co.id atau blognya di : http://untunx83.mutiply.com/.
An-Niessa achizie, lahir di sumenep. Selain aktif di dunia kepenulisan, mahasiswi STKIP PGRI Sumenep ini aktif juga di komonitas KOSONG dan aktif di FLP Ranting 2009 sebagai sekretaris.

SELIA


Selia barangkali hanya sebuah nama. Tapi Selia dalam puisi-puisi Mahmud Jauhari Ali, telah membentangkan sebuah dunia yang penuh kegamangan, kemurungan, dan ketidakpastian. Jika kumpulan puisi ini adalah sungai, maka Selia adalah perahu yang mengajak pembaca untuk berlayar melintasi kedalaman air, --yang tampak tenang, tapi menyimpan marabahaya. Seperti puisi Chairil Anwar untuk gadis Sri Ayati, maka Selia yang banyak disebut dalam puisi-puisi ini, telah menjelma keindahan pedih yang pantas untuk direnungkan.
(Hanna Fransisca, Penyair, Tokoh Sastra Pilihan Majalah Tempo 2010)

Terbit di Hasfa Arias!
Selia karya Mahmud Jauhari Ali
ISBN 978-602-98738-3-2
Rp 25rb
Silakan pesan via sms 081914032201
tulis nama/alamat/jumlah/judul buku yg dipesan.

bengkel jiwa


new cover BENGKEL JIWA
Sebuah buku yang sengaja dalam tutur bahasanya seolah mengajak pembaca untuk berimajinasi mengendarai mobil, terinspirasi dari sebuah hadits bahwa kita hidup di dunia ini adalah laksana musafir yang bertravelling keliling berbagai benua, dari negara ke negara.

Berangkat dari kenyataan bahwa lembaran-lembaran kuno nan sakral terasa kian menjauh dari kita seiring dengan makin merenggangnya masa. Yang pada saat yang sama pula, membuat kita semakin terombang-ambing tak tentu arah karena terlalu sedikitnya petunjuk dan peta yang kita terima untuk menempuh jalan hidup yang kian berombak ganas.

Adalah "Qobasat Islamiyyah", tulisan Ustadz Ahmad Al-Qollash, pemikir Islam asal Syria. Buku itulah yang dengan deras mengguyur inspirasi pada Awy A Qolawun untuk menulis buku sederhana yang berbicara tentang konsep-konsep sederhana pembenahan jiwa untuk melanjutkan perjalanan menempuh kehidupan. Hampir seluruh isi buku ini, adalah petikan dan perluasan bahasan dari buku "Qobasat Islamiyyah".

Terbit di Lini Menara- lini Hasfa Publishing
Judul: Bengkel Jiwa
ISBN 978-602-98570-0-9
Penulis: Awy A Qolawun
Rp 55rb (Jawa) Rp 65rb (Luar Jawa)
silakan pesan via message ke inbox fb hasfapublisher

SIMPANG JALAN


Sejatinya manusia hidup diantara pilihan pilihan. Sejatinya pula merekalah yang menentukan pilihan mana yang akan diambil. Hal itu menandaskan bila fitrah paling asasi dalam diri manusia, yakni jiwanya dicipta tuk bergerak dengan bebas. Tak ada seorangpun dapat mengendalikannya. Kendatipun raganya dikekang oleh lilitan rantai atau dijejalkan dalam penjara. Ialah kemerdekaan tanpa deklarasi yang bersemayang dalam diri tiap manusia.
Buku kumpulan cerpen Simpang Jalan ini adalah menifestasi dari hal itu. Kisah kisahnya menceritakan para tokoh yang sedang berada dipersimpangan tuk menentukan suatu pilihan atas realita hidup yang mereka jalani. Misalnya tokoh Suminah dalam cerpen berjudul ‘Terserah Suminah Saja’. Gadis muda ini sedang ketiban sial. Apa pasal? Lantaran ia musti menanggung hutang orang tuanya. Dengan iming iming mendapat dua puluh lima juta rupiah ia didesak oleh rentenir bernama juragan Kasman tuk melakukan kawin kontrak. Apakah Suminah rela mempertaruhkan kehormatannya demi rupiah atau kan mengambil jalannya sendiri? Atau cerita lain dalam cerpen berjudul ‘Rizki Maskid Kami’. Apakah Andika, salah satu tokoh dalam cerpen tersebut akan memanusiakan orang tuannya setelah pergi bertahun tahun mereka dari rumah. Akankah ia kembali berbakti dan menaruh hormat pada mereka berdua atau justru lebih memilih istrinya yang kaya sandang kaya papan lantaran ia anak seorang pengusaha.
Suminah, Andika dan tokoh tokoh dalam kumpulan cerpen ini yang menentukan pilihan mereka sendiri. Bila meminjam tag line buku ini, terlepas nanti pilihan mereka berujung buruk hingga mendapat stigma sebagai kawan setan atau berujung baik hingga diidentikan dengan berkawan dengan malaikat, biarkan mereka memenuhi panggilan jiwa masing masing. Buku ini tak berniat menjadi hakim apalagi jagal karena itu kisah kisahnya mengalir semaunya.
Hanya dari riak dan gemercik konfliknya pembaca diharapkan tak hanya mendapat hiburan. Tapi lebih dari itu dapat pula merenung, berkontemplasi, menimbang nimbang suatu perkara dengan matang, kemudian kembali melanjutkan langkah. Diharapkan terjadi metamorfosa kematangan emosional setelah membacanya. Dari tokoh tokoh dan jalan cerita dalam buku ini, dengan segala kerendahan hati kita sama sama belajar untuk lebih arif dalam menyikapi suatu persoalan hingga menemukan jalan keluar yang solutif
Dengan tebal 136 halaman, simpang jalan menawarkan kebaruan. Bila membaca ialah untuk berubah menjadi pribadi pribadi lebih baik secara personal dan sosial. Bila dengannya pula kita tidak gagap atas isu isu kemanusiaan. Menjadi melek atas nilai nilai hidup ialah suatu keutamaan. Lantaran karenanya kita tak gamang lagi bila kelak harus menentukan pilihan dipersimpangan jalan.

Judul : SIMPANG JALAN berkawan Setan Berteman Malaikat
Penerbit : Hasfa Arias-Lini Hasfa Publishing
Harga : Rp. 33rb
ISBN 978-602-98738-7-0

Cara pembelian. Silakan pesan via inbox HasfaPublisher atau sms 081914032201. Tulis nama/alamat/jumlah/judul buku yg dipesan

Nita Sekretaris


Bekerja pada sebuah perusahaan yang mempekerjakan pegawai local dan internasional, Nita mengalami berbagai dinamika. Sehingga kadang menempatkan dirinya dalam situasi yang tidak nyaman, juga dilema.
Ketidak adilan atasan juga tuntutan berbagai pihak yang menginginkannya menyelesaikan pekerjaan yang tidak seharusnya menjadi tanggung jawabnya, merupakan hal-hal yang menjadi ganjalan.
Novel ini mengetengahkan lika liku pekerjaannya berjuang memberikan hasil pekerjaan terbaik sambil tetap berusaha menahan diri pada kondisi-kondisi menekan yang ia alami. Berbagai ‘drama’ yang terjadi di lingkungan kerja dari sudut pandang seorang karyawan middle yang tidak punya kekuasaan ataupun pengaruh kuat atas segala sesuatu.

Bagaimana Nita sekretaris melalui semuanya? Bagaimana juga kisah cintanya yang terhalang berbagai tantangan?

Terbit di Hasfa Arias lini Hasfa Publishing
Novel : Nita Sekretaris
Penulis: Renthyna Manurung
ISBN 978-602-98738-6-3
Rp 50rb
silakan pesan via message ke inbox hasfapublisher

Bercanda di Bawah Rembulan


Relaxing Aromatic
Menjaga dan merawat cantiknya cinta agar tetap sehat,
sehingga menyenangkan untuk disentuh…

Dapatkan sensasi aroma menenangkan dan rasa lembut pada hati Anda. Formula dengan nuansa kata sensasional “Cinta” yang lembut menyentuh, memberikan relaksasi dalam perasaan Anda, penuh sensasi yang menenangkan.

Judul :Bercanda di Bawah Rembulan
Penulis:Tubagus Rangga Al-Bantani
Penerbit: Arias

silakan pesan via inbox fb hasfapublisher/ sms 081914032201
tulis nama/alamat/jmlh/judul buku yg dipesan.

mata yola


ULASAN MATA YOLA DARI M TAUFAN

Dari Puisi ke Aksi
---Sebuah Pengantar
Oleh M Taufan
...
An Nifari, dalam Al Mawaqif Al Mukhathabat, menulis puisinya dimulai dari rasa merdeka jiwanya terhadap dunia. Menulis puisi berarti membangun posisi yang menentang arus pengetahuan. Sebuah katarsis, yang memunculkan kredo. Semacam transendensi kepada struktur baru, mengenai bentuk penciptaan prinsip berpuisi. Maka pada posisi ini, penyair betul-betul mandiri.
Puisi tak pernah lepas dari dua pendekatan, kontemplatif dan konseptis. Sang pencinta aksiden, Sutardji Calzoum Bahri, puisi-puisinya, meskipun lekat dengan mantra, yang seolah-olah anti intelektual itu tak dapat dilepaskan dari kredonya: jika puisi adalah kursi, maka ia bukan tempat duduk, melainkan kursi itu sendiri.
Bagi Sutardji, puisi tak lain adalah cara pengucapan. Maka dalam hal ini ia memilih puisi sebagai mantra. Al Mukhathabat, tak lain adalah cara pengucapan itu. Oleh karenanya konsep menulis puisi tak pernah lepas dari kerja kontemplatifnya sang penyair.
Ada baiknya memang kontemplasi ditujukan kepada penciptaan konsep-konsep baru dalam berpuisi, baru setelah itu memikirkan bagaimana cara pengucapannya, diksi-diksi yang digulirkannya, dan secara otomatis penampilan puisi akan dipengaruhi konsep-konsep yang diyakininya.
Bisa jadi sangat sedikit penyair-penyair yang kontemplasinya diarahkan kepada konsep-konsep penulisan puisi. Kontemplasi sering diarahkan pada bahasa apa yang akan dibangun dalam menulis puisi, sehingga proses berpuisi semata-mata memindahkan kejadian atau apa-apa yang dicemaskan kedalam kertas. Hasilnya puisi tak sama sekali membangun orisinalitas.
Bentuk diksi bisa jadi sama, apa yang dibicarakan juga demikian, tapi konsepnya akan membantu puisi-puisinya hadir sebagai ruang perenungan, karena ia akan membicarakan sebuah struktur yang menceritakan hakikatnya sebuah puisi itu berdiri. Sebuah kelindan kehampaan yang mampat mendesak kediriannya.
Misalkan puisi-puisi An Nifari sendiri, cara pengucapan yang mirip sebagai puisi wahyu, yang nampak menyesatkan itu,

Hai Hamba
Cukupkanlah hanya dengan-Ku
Akan kau lihat fakirnya segala sesuatu

Proses sampai pada puisi itu, adalah upayanya dalam membangun hubungan yang mesra dengan Yang Maha Kuasa. Sehingga dimatanya dunia beserta pengetahuan tentangnya hanya semata-semata buih dilautan, meretas lalu pecah. Maka di depannya ia ada, sebagai pertanda kemandirian, yang lepas dari cengkraman dunia, yang lepas dari penjajahan ilmu pengetahuan.
Prinsip Al Mawaqif, yang berdasar kepada kata dasar Waqfah, atau positioning, itulah sebagai pertanda merasuknya kekuatan Ilahi padanya, yang berkuasa atas dunia sebagai kritik terhadap manusia modern yang terkuasai oleh dunia.
Waqfah sendiri dikatakan Nifari sebagai api yang melalap tubuh. Setara dengan apa yang dikatakan Foucault tentang kehendak mengetahui segala sesuatu, bergeraklah dua arah, tentang gaung keabadian dan tentang bergulirnya kreatifitas. Waktu “mengada” dalam imaji kreatif menggerus umur, maka setiap “ada” adalah bentuk kearah keabadian. Keabadian selalu sinergi dengan waktu kreatif, semestinya.


Cara Pembacaan

Membaca buku buah karya penyair ini harus dimulai dari sana. Puisi pendeknya bermula pada konsep yang merupakan tanda kerja kontemplasinya, baru kita akan membacanya bagaimana cara pengucapannya, sebuah ruang yang mewahadi tentang hakikat yang dialami Sang Penyair.
Bisa jadi Penyair di sini memiliki konsep tersendiri, maka setiap penyair biasanya seorang esais, seorang konseptologis yang mampu merepresentasikan maksud struktur dari karya-karyanya, sebab puisi-puisi pendek bukan baru-baru ini kita nikmati, ada puisi-puisi pendek Efri Tsaqib dalam Ruang Lengang, atau puisi gaya patah-patah milik Afrizal Malna, beranjak ke barat kita mendapatkan aforisme Nietzsche atau haiku di Jepang.
Yoyong harus bertanggung jawab atas struktur puisinya. Sebab puisi adalah seni murni, seni yang lebih membutuhkan diskursus, ketimbang euforia penerbitan buku. Mesti dijelaskan tentang esensi estetiknya, bukan makna bahasa yang terkandung dalam diksinya. Membaca makna di jaman penafsiran destruktif menjadi hanya basa-basi, maka puisi harus mulai dibicarakan melalui konsep strukturnya yang lebih bernilai estetik.
Menurut saya puisi-puisi pendek adalah bentuk penyadaran, bahwa bahasa bagaimanapun panjangnya tak dapat menampung apa yang ingin dibicarakan. Bahasa terlalu sempit dan pendek untuk menampung apa yang diinginkan hakikat. Itu yang pertama.
Selanjutnya, penyair sadar, puisi tak pernah minta diselesaikan dan tak pernah selesai. Maka puisi adalah jalinan transendensi ke strukturnya, ia adalah semacam mandala, yang menganga lubang kosong menuju sisi eksoternya.
Meminjam istilah Kuntowijoyo tentang strukturalisme transenden, puisi mengatur dirinya sendiri, membuat dirinya selalu ada dalam setiap jaman, melalui setiap pembacaannya. Bentuknya akan selalu sama, penafsiran dari jaman ke jamannya akan berubah.
Puisi semacam reproduksi atomik, yang merupakan ruang hela bagi kausalitas yang membosankan. Di dalamnya tak pernah terlintas tentang pertanyaan, lebih dulu mana, ayam atau telor?. Tetapi ia adalah sebuah simbol sentral tentang keabadian yang dikelilingi sang ada, yang terus bereproduksi karenanya.
Puisi berpeluang memberi kekuatan kepada setiap aktifitas manusia, berpotensi memberi ruh terhadap gerak manusia. Segala penulisan puisi, yang tak pernah selesai itu akan segera diselesaikan kepada aksi, segala pembacaan terhadap absurditas puisi, adalah penyelaman lautan kehidupan, sehingga puisi memberi inspirasi.
Kelindan transendensi ruh kepada eksoternya, adalah pernyataan bahwa keabadian akan selalu membawa manusia memenuhi kebutuhan dirinya secara sosial, politis, religius dan ekonomis melalui pembacaan masing-masing.
Lihat misalnya puisi tentang swalayan,

mimpi-mimpi terpajang
di etalase kaca

Apa yang harus dilakukan tentang itu semua sebagai pembaca, bukan sekedar mengatasi mimpi untuk dirinya sendiri. Tapi ia Politis karena mimpi adalah rasa sakit kaum tertindas, yang musti di selesaikan melalui kesadaran organis, supaya mampu bermanuver terhadap kekuasaan yang menindas.
Ekonomis karena selama ini putaran uang masih terus berputar dikalangan atas, sistem pasar modern selalu menarik uang langsung ke pusat, berbeda dengan sektor ril yang memutarkan uang di pinggiran. Membeli rokok di sebuah kios akan memutarkan uang di toko kelontongan ke grosir ke pasar basah, sektor ril selalu memutarkan roda ekonomi lebih dasyat ketimbang sistem pasar modern.
Religius karena ia mendorong kesadaran kolektif untuk menyelesaikan rasa tertindas itu.
Dus, puisi dalam hal ini adalah abstraksi bagi pembicaraan-pembicaraan tentang realitas yang melingkupinya secara terus menerus. Puisi bukan asimetris terhadap aksi, apapun bentuknya, meski hendak dibilang bahwa ia adalah estetika tanpa keterjajahan dari pada pesannya.
Bukankah kemandirian adalah upaya melepaskan jerat ketertindasan?. Bisa jadi ruang kosong itu adalah upaya mengilhami pembacaan menuju pembebasan, dan Tuhan adalah aksi itu sendiri, Yang Maha Menggerakkan.
***
Cikarang, 9 Desember 2010

Judul : Mata Yola
Penulis: Yoyong Amilin
ISBN 978-602-98738-5-6

Silakan pesan ke inbox fb hasfapublisher atau sms 081914032201

aldaphobia (novel)


Seorang penulis novel teenlit pernah memberikan bukunya untuk saya baca. Awalnya saya tidak tertarik jenis novel yang satu ini. Namun, setelah saya baca novel pemberian teman itu, saya malah sangat tertarik untuk menawarkan genre ini menjadi slot sinetron serial episodik, yang akhirnya ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta.
Saya jadi tertarik dengan jenis novel yang satu ini, karena penulisannya yang ringan, nge-pop, lucu dan gaya remaja banget. Namun, ketika membaca novel teenlit Embart T Nugroho ini, saya mendapat surprise karena Embart telah berhasil menghadirkan novel teenlit yang nge-pop berbalut kisah dramatik yang begitu kuat. Sangat menarik untuk dibaca.
(Shaut Hutabarat -Supervisor/Penulis Skenario, cerpenis – Medan)


Cerita ringan namun dalam pemaknaannya. Satire, mengharu biru namun juga cukup menghibur. Novelis muda ini begitu mengalir bertutur, berkisah seakan ialah si tokoh utama yg memuat memoar dirinya sendiri. Novel pendek yang panjang pemaknaan dengan bahasa remaja, apa adanya, polos tanpa sayap. Begitu terasa cair membaca aliran nafas sosok imajiner Embar, sang Elang Medan, buku ini berasa beda!
(kirana Kejora -penulis Novel Bintang Anak Tuhan, scenario FTV dan pecinta seni)

Ah… Embar.
Begitu aku berucap, seusai membaca novelnya ini. Aku tidak mengatakan, Embar penulis yang punya spesialisi “membunuh” tokohnya dalam cerpen-cerpennya. Tapi kali ini Embar masih membunuh Ryan. Kemudian menumbuhkan seseorang untuk jalinan cinta dengan Alda.
Cerita Aldaphobia mengalir bagaikan air menuju muara. Aku percaya, para remaja suka pada novel ini. Ini, sebuah novel yang dihasilkan anak-anak Pohon Asam. Karena Embar seorang angggota Komunias Sastra Indonesia (KSI) Medan yang berskretariat di Bawah Pohon Asam, maka kami mengatakan, inilah karya anak-anak Pohon Asam.
Selamat buat Embar, aku percaya buku ini akan laris manis.

(Idris Pasaribu -Ketua KSI Medan)

"Segar, ringan ... meluncur sukses ke perut dengan nyaman. Setelahnya akan tercerna dan kita bisa merasakan manfaat gizi yang terkandung di dalamnya."
Membaca novel ini seperti makan gorengan, renyah, garing dan enak. Embar memang lihai meramu cerita remaja pop seperti ini. Good luck..!

(DONATUS A. NUGROHO- Raja Cerpen Remaja Indonesia, Novelis, Jurnalis, Pekerja Seni dan Pecinta Kuliner)

Judul: Aldaphobia (Novel)
Penulis: Embar T Nugroho
Penerbit: Arias

Untuk pemesanan, silakan tulis nama/alamat/jumlah/judul buku yg dipesan. kirim ke inbox hasfapublisher atau sms 081914032201.

Turbulensi


12 cerita tak biasa:
Kematian Hitam
Tubuh yang Terbaring di Bawah Cahaya Bulan
Abu Gambar sang Pemimpin
Sandal Jepit Merah
Suara-suara Malam
Bunga Terindah
Pulang
Dentangan Terakhir
Juragan Karta
Wisuda
Lelaki yang Ingin Melukis Jagat Raya
Menunggu

Terbit di Hasfa Arias
kumpulan cerpen Sigit Rais
ISBN 978-602-9160-00-0
Silakan pesan dengan menulis nama/alamat/judul buku yg dipesan. kirim ke inbox fb hasfapublisher atau sms 081914032201.